INSTAGRAMABLE: Lembah Harau

photo author
- Sabtu, 5 Desember 2020 | 14:01 WIB
harau1
harau1


Artikel ini dikutip dari akun Facebook Fatris M F https://www.facebook.com/fatrismf diposting pada 1 Desember 2020.





Mentri pariwisata Arif Yahya agaknya paling senang dengan kata itu, ditambah sejumput teori (yg harusnya telah dipelajari oleh mahasiswa tingkat dasar di Akademi Pariwisata) kuno sekaligus aneh 3A; atraksi, aksesibilitas, amenitas.


Lupakan Arief Yahya, doi tidak lagi mentri sekarang. Akan tetapi, jejaknya ada di sana-sini, inlander² berpakaian seragam dan pemodal² tangguh dengan pemahaman yg dangkal dan tidak memadai telah mengubah apa saja jadi instagramable, atas nama pariwisata, atas nama kepentingan bersama, atas nama pembangunan.


-


Anda bisa datang ke Lembah Harau yg Instagramable, Harau Dream Park (taman mimpi? Mimpi kita adalah untuk segera berada di Eropa?), rumah² Norwegia, jembatan San Fransisco, Anda bisa berswafoto di menara Eiffel.


Eiffel, menara jangkung di Paris; kota para penghasut yg berkait erat dg sifilis, 'le mal francais', kota yg mulanya bergerak dari perdagangan yg ternoda, korup, tempat suram dg perairan yang kotor.


Ini Eiffel yg di Harau; kampung para petani, tempat filosofi hidup sederhana yg mungkin masih tersisa di kampung² sekitar Harau yg layaknya menjadi tempat wisatawan belajar, supaya intelektual² terjajah itu sadar bahwa padi tidak tumbuh dengan instan, supaya kaum² elit tidak rakus dan semena² membuang makanan, supaya teknokrat² tau bagaimana hidup yg tidak tergesa, tidak ada yg diburu waktu: bukankah konsep wisata sebetulnya adalah lari sejenak dari kehidupan anda yg sia², pergi ke tempat yg seakan-akan indah, melihat kehidupan orang lain, belajar memahami orang lain supaya rasa kemanusiaan kita tidak stagnan dan terwakili hanya oleh sederet angka di mata uang?


-


Eiffel di Luak Nan Bonsu, buminyo sajuak aianyo janiah ikannyo jinak, apa yg bisa disampaikan?


Sebagian wisatawan akan bilang: wah, di sini kita bisa foto², asik, anak² kita bisa 'edukesyen' arsitektur dari bangunan² asing gitu. Anak kita bisa pintar di sini. Bersih, ga ada becek lumpur. Cat rumahnya kalerful. Kece. Atau pura² terkejut dan pura² peduli: huh, dasar tidak tau kearifan lokal, kenapa tidak rumah gadang saja dibangun? Kenapa harus kebarat-baratan? Mana adat Minang yg sesungguhnya? Kasian orang Eropa nanti ke sini dia akan kecewa. Industri pariwisata maunya uang uang uang saja. Atau mendecak dengan gaya filosofis: perubahan itu dilematis, kita harus berlapang dada menerimanya. Perubahan itu niscaya...oyee


Di Eropa Anda tidak akan menemukan Harau, tentu saja. Dan di Harau Anda dengan mudah menemukan Eropa, Eropa yg seperti apa?


Saya pastikan, Anda akan kesusahan menemukan bir, vodka, atau 'red light districk' di Harau, atau jangan² telah tersedia?
Airnya jernih ikannya jinak, adakah sejinak di "red light districk"?


-

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X