Avigan: Obat Covid-19 yang Dipesan Jokowi 2 Juta Paket

photo author
- Sabtu, 21 Maret 2020 | 07:47 WIB
fujifilm
fujifilm


JAKARTA – Presiden Joko Widodo menyatakan akan mendatangkan 5.000 paket obat flu Avigan (favipiravir), dan dalam proses 2 juta paket lagi. Avigan dan Chloroquin dipilih menjadi obat untuk mengobati infeksi virus corona atau Covid-19.


Favipiravir merupakan obat anti-virus yang dapat menghambat enzim RNA-dependent RNA polymerase (RdRP) pada virus influenza.


Putra dan 2 Anggota Keluarga Tjahjo Kumolo, Positif Covid-19


Avigan ini obat impor yang harus didatangkan dari Jepang, setidaknya di sanalah obat ini awalnya diproduksi. Tapi siapa yang menyangka, obat ini diproduksi oleh Fujifilm Holding Corp., perusahaan yang juga memproduksi kamera Fujifilm.


Pertama kali diproduksi pada 2014, avigan terus mencuri perhatian, seperti saat wabah ebola dan flu burung merebak.


Hingga akhirnya, pada 25 Februari lalu, Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato merekomendasikan avigan untuk mengobati virus corona. Fujifilm pun sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan produksi obat anti-influenza ini.


Mengutip Bloomberg, dalam studi terhadap 80 pasien yang menerima favipiravir buatan Fujifilm ini, dapat membantu membersihkan virus corona dari pasien seminggu lebih awal daripada obat HIV dan dikaitkan dengan gejala dada yang lebih baik yang ditunjukan melalui CT scan.


Anies Umumkan 25 Tenaga Medis di DKI Positif Corona 1 Meninggal


Pertanyaan besar datang. Kompetisi industri kamera digital begitu sengit, Fujifilm Holding Corp. memberanikan diri untuk menyasar segmen bisnis baru, yakni farmasi.  


Lompatan jauh ekspansi produsen kamera dengan merek dagang Fujifilm dan printer Xerox, ke bisnis farmasi sempat menimbulkan banyak pertanyaan. Fujifilm resmi mengakuisi Toyama Chemical Co. dengan nilai US$1,4 miliar.


President dan CEO Fujifilm Holding Corp yang saat itu menjabat, Shigetaka Komori, dalam konferensi pers menyatakan langkah akusisi Toyama Chemical Co. digunakan untuk mengembangkan obat perawatan untuk flu burung.


"Kami ingin menjadi perusahaan healthcare yang komprehensif," seperti dilansir Bloomberg.


Tomori begitu optimistis. Dia ingin menerapkan kemampuan produksi dengan teknik nanoteknologi yang awalnya dikembangkan untuk produksi film, menuju produksi obat.


Setelah 12 tahun berselang, lini usaha farmasi dan bioteknologi terus berkembang. Belum lama ini, tepatnya 20 Februari 2020, Fujifilm Corporation kembali melakukan investasi di bidang bioteknologi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X