Jakarta,Klikanggaran.com - PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesar di dunia saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big Four auditors, yang lainnya adalah Deloitte, Ernst & Young dan KPMG.
Baru-baru ini, kabar duka menimpa profesional global asli Indonesia, yakni Direktur Pricewaterhouse Coopers (PwC) Dany Unardi Umar.
Pria profesional muda ini meninggal dunia pada 22 Maret 2020 pukul 17:30 di RS Persahabatan dalam kondisi positif terjangkit virus corona (Covid-19). Yang menyayat hati dan menegangkan adalah kronologi bagaimana ia melewati rute pengobatan hingga akhirnya meninggal dunia.
Dalam Whatsapp Group yang beredar, terungkap kronologi kondisi pria lulusan University of Oregon ini, dan melibatkan 7 (tujuh) Rumah Sakit (RS) terlibat/terlewati. Berikut kronologinya:
6 Maret 2020 : Deny mulai tak enak badan, dan bekerja dari rumah (work from home—WFH). Awal symptomnya seperti food poisoning karena habis makan bareng orang tua dan semua sakit
06-12 Maret: home care dengan obat seperti rhinos, panadol, imboost, dan makan bersih
13 Maret: Deny ke dokter THT RS MMC konsultasi dengan dokter Anida. Diagnosa: infeksi tenggorokan. Diberi antibiotik abbotic 5 pcs (1 hari 1 kali) dan cataflam (3 kali sehari)
14 Maret: Tidak ada perbaikan, lalu ke dokter THT RS Husada Mangga Besar dengan Dr Cholil. Diagnosa: infeksi tenggorokan. Deny diberi obat antibiotik sharox 500 mg (2x sehari), obat racik untuk flu demam dan batuk (3 x shari), obat lambung agar tidak maag sehari 2x
17 Maret: Penyakit Deny tidak ada perbaikan signifikan, lalu ia ke internist RS Mitra Kemayoran bertemu dengan Dr. Siddharta Salim. Deny dicek darah limfosit rendah dan foto thorax, ada bercak putih di kedua paru-parunya. Lalu dirujuk dengan surat ke RSPI Sulianti Saroso (SS).
17 Maret: Sesampai di RSPI SS ditolak, namun setelah perdebatan dengan surat rujukan, Deny di rawat di IGD dengan selang oksigen selama kurang lebih 4,5 jam. Kemudian di dismiss dari RSPI SS dengan diagnosa pneumonia biasa dan diberi obat: methisophrinol 500 mg 4x sehari, fluimucil granule 400 mg 3x sehari, levofloxacin 1x shari 500 mg.
18 Maret: Deny mengalami batuk menjadi lebih intens. Setiap bangun batuk. Hanya makan sup dan telur setengah mentah dengan disuapin.
19 Maret: Deny mengalami batuk ada bercak darah. Lalu di bawa ke Pulmonologist MRCCC Semanggi bertemu dengan Dr. Arifin Nawas. Diagnosa: Pneumonia Duplex. Disarankan rawat inap oleh dokter namun ditolak rumah sakit karena alasan “hanya untuk cancer dan tumor”.
19 Maret (siang): Dr. Arifin Nawas kasih surat rujukan ke RS Abdi Waluyo Menteng untuk dirawat oleh dia sendiri disana. Namun sampai di RS Abdi Waluyo di tes ulang lagi (darah & thorax) dan meskipun kondisi darah membaik, bercak putih di thorax bertambah banyak hampir menutupi kedua paru. Sembari menunggu diberikan selang oksigen di IGD sampai jam 8 malam.
19 Maret (Pukul 20.30 malam): tiba di IGD RSUP Persahabatan. Menunggu hingga pukul 11.00 malam untuk diantar dengan ambulance ke gedung Pinere tempat isolasi pasien suspect Covid-19.